Senin, 19 Oktober 2015
Rabu, 24 Juni 2015
Selasa, 23 Juni 2015
Rabu, 22 April 2015
Jumat, 27 Maret 2015
Rabu, 18 Maret 2015
Contoh Kasus Penalaran Berfikir Induktif
CONTOH KASUS PENALARAN BERFIKIR
INDUKTIF
PENJELASAN MENGENAI PENALARAN
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam
pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung-
hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara
penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat
didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana
didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip
abstrak dalam merumuskan kesimpulan.
BERFIKIR SECARA INDUKTIF
Berfikir
induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan – pernyataan yang
khusus dan menghasilkan kesimpulan yang umum. Dengan kata lain kesimpulan, yang
diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataaan (premis).
Dalam proses penalaran terdapat
berfikir secara induktif yang terbagai dalam beberapa jenis diantaranya :
A.
Generalisasi
Generalisasi
dimana proses penalaran yang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa
gejala dan data dapat disimpulkan, setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan
gambaran.
Contoh
Generalisasi
Pohon
Jati berdaun hijau, berfotosintesis pada siang hari
Pohon
Pisang berdaun hijau,berfotosintesis pada siang hari.
Jadi,
semua pohon yang berdaun hijau dapat berfotosintesis pada siang hari,
Contoh Lain
Generalisasi
yaitu :
Daerah terpencil di Indonesia
tepatnya Nusa Tenggara Timur pada malam hari tidak dapat menggunakan lampu,
alat tradisional yaitu obor dan minyak tanah di gunakan untuk penerangan saat
malam hari. penggunaan listrik hanya bisa digunakan pada siang hari.Hal
tersebut dibuktikan bahwa pengaliran alus listrik di Indonesia masih belum
merata,
B.
Analogi
Analogi
adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil
dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa
pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan
yang sebelumnya. Didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya karena
pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dan kemudian dicari
hubungannya.
Dapat
dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta
atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana
dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan
kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
Contoh Analogi:
Kita
banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi
kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai
atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan
oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya
musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup
diplanet Mars.
C.
Hubungan
Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola
hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.
Dapat
pula di artikan sebagai suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu
peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab
yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.
Contoh Kausal atau
Sebab – Akibat
Indonesia merupakan salah satu Negara
yang terdapat banyak sampah yang belum tertangani dengan baik, pengolahan
sampah yang tidak baik, pendaur ulang sampah yang berjalan tidak efektif, pembuangan
sampah yang sembarangan atau tidak pada tempatnya. Kesadaran masyarakat
mengenai sampah masih sangat kurang, sampah sampah yang dibiarkan akan merusak lingkungan seperti aliran sungai
yang tertutup oleh sampah pembuangan mengakibatkan banjir, bau yang tidak
sedap, pencemaran air dan merusak lingkungan hidup hewan yang hidup di air.
Contoh
lainnya Sebab - Akibat
Masalah
pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah,
seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana
ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan
pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat
ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK.
Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab
banyaknya pengangguran diibukota.
Makalah Penalaran, Berfikir Induktif dan Berfikir Deduktif
MAKALAH
PENALARAN BERFIKIR INDUKTIF DAN BERFIKIR DEDUKTIF
Disusun
Oleh :
Nama
: Muhayati
NPM
: 18112110
Kelas
: 3ka39
Fakultas Ilmu Teknologi dan Komputer
Jurusan Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2015
Kata Pengantar
Puji
syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
bimbinganNya yang selalu menyertai dan
di
dalam memahami ilmu-ilmu yang saya pelajari dan aplikasikan di dalam kehidupan.
Makalah ini dibuat
berdasarkan tugas yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia
2 Ibu Hasdiana. SIkom
yang kami hormati.
Tugas ini
adalah tugas softskill yang membahas
mengenai “ Penalaran, Berfikir
Deduktif dan Berfikir Induktf “. Sehingga di dalam
tugas makalah ini membahas lebih detail apa saja yang bisa kita pelajari
mengenai Penalaran itu sendiri. Tugas makalah ini kami tunjukan untuk saya
sendiri sebagai pelajar yang belajar mamahami mengenai Penalaran. Semoga Tugas
makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berguna untuk pembaca.
Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya.
Bekasi,
14 Maret 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang
sistematik sampai pada suatu kesimpulan
berupa pengetahuan. Dimana penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk
mencapai suatu kesimpulan yang logis. Pengetahuan ilmiah proses berpikir kedalam aplikasi dari logika yang disebut dengan penalaran
dan pengetahuan yang benar. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan
dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif
tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan
kebalikan dari penalaran deduktif.
B.
Rumusan Masalah
1. Penjelasan mengenai Penalaran ?
2. Penjelasan mengenai Berfikir
Induktif ?
3. Penjelasan mengenai Berfikir
Dektutif ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi
Penalaran, Berfikir Deduktif dan Induktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain
penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau
fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan
ini disebut dengan logika. Secara
umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar
atau sahih. Yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan
mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis.
Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut
konklusi. Berdasarkan jenisnya,
proposisi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proposisi empirik dan proposisi
mutlak. Proposisi empirik adalah
pernyataan yang dapat diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah proposisi yang
jelas dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibuktikan secara empiris.
B.
BERFIKIR SECARA INDUKTIF
Berfikir induktif adalah
penalaran yang bertolak dari pernyataan – pernyataan yang khusus dan
menghasilkan kesimpulan yang umum. Dengan kata lain kesimpulan, yang diperoleh
tidak lebih khusus dari pada pernyataaan (premis).
Dalam proses penalaran terdapat
berfikir secara induktif yang terbagai dalam beberapa jenis diantaranya :
1)
Generalisasi
Generalisasi dimana proses penalaran yang
megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan
simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data dapat disimpulkan,
setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam
akan memuai.
Benar atau tidak benarnya rumusan
kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:
a) Data itu harus memadai jumlahnya.
Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh.
b) Data itu harus mewakili keseluruhan.
Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang benar.
c) Pengecualian perlu diperhitungkan
karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2)
Analogi
Contoh:Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai
berikut :
a) Analogi dilakukan untuk meramalkan
sesuatu.
b) Analogi dilakukan untuk menyingkap
suatu kekeliruan.
c) Analogi digunakan untuk menyusun
klasifikasi.
3)
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat.
Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kaitannya dengan
hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai
berikut:
a. Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B.
Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan
seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang
lebih dari satu. Hubungan kausal diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk
mendapatkan simpulan penalaran.
Dalam kaitannya dengan
b. Akibat-Sebab
Dalam pola ini memulai dengan
peristiwa yang menjadi akibat. Kemudian analisis untuk dicari penyebabnya.
c. Sebab Akibat -1 Akibat
-2
Suatu penyebab dapat menyebabkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa
akibat.
C. BERFIKIR
SECARA DEDUKTIF
Berfikir secara
Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu
prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang
khusus. Dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau
hal-hal yang lebih rendah.
Penarikan
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat
pula dilakukan secara tak langsung.
1)
Menarik Kesimpulan secara Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung atau entimen,
adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1) Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S.
(simpulan)
2)
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
3)
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
4)
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
5) Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S.
(simpulan)
2)
Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan kesimpulan
secara tidak langsung atau silogisme,
adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data
utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah kesimpulan. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis
yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung
ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU)
dan premis yang kedua bersifat khusus (PK).
Contoh sebagai berikut :
PU : Setiap
manusia akan mati
PK : Pak ujang
adalah manusia
K :
Pak ujang akan mati
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam
penyusunan suatu silogisme adalah sebagai berikut:
a) Silogisme
terdiri dari tiga pernyataan.
b) Pernyataan
(premis) pertama disebut premis umum.
c) Pernyataan
(premis) kedua disebut premis khusus
d) Pernyataan
ketiga disebut kesimpulan.
e) Apabila
salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.
f) Dua
premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
g) Dari dua
premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan.
Pola penarikan kesimpulan tidak
langsung atau silogisme, dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis:
a.
Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). Dua
proposisi merupakan premis dan satu proposisi dan merupakan kesimpulan. Premis yang bersifat
umum, disebut premis mayor.
Dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam kesimpulan
terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan
predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
PU :
Semua manusia bijaksana.
PK :
Semua polisi adalah bijaksana.
K :
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara
premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau
term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
PU :
Semua manusia tidak bijaksana.
PK :
Semua kera bukan manusia.
K : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum mengenai silogisme kategorial
adalah sebsgai berikut:
a)
Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term
penengah.
b)
Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan.
c)
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d)
Bilah salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e)
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f)
Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
g)
Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h)
Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan.
b.
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis
adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan umum, pernyataan khusus, dan
kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai
adanya penggunaan konjungsi jika
dalam pernyataannya. Dengan demikian, pernyataan umumnya dibentuk oleh dua
bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan
bagian keduanya disebut konsekuensi.
Sementara itu, pernyataan khususnya menyatakan kenyataan yang terjadi, yang
kemungkinannya hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya
itu.
Contoh PU :
jika saya lulus ujian, saya akan melanjutkan kuliah keperguruan tinggi.
(anteseden) (konsekuensi)
c.
Silogisme Alterntif
Silogisme ini menggunakan pernyataan
umum yang memiliki dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut
pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah.
Contoh:
Premis
Mayor : Proposisi alternative (proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan
atau pilihan-pilihan)
Premis
Minor : Kesimpulannya tergantung pada premis minor.
PU
; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau sumbunya
pendek.
PK ;
Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
K :
Lampu ini mati karena sumbunya pendek.
d.
Entimen
Sebenarnya
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K : Jadi,
Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu
entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
Beberapa
contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam
sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat
dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi
silogisme.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir dari pengamatan
indera yang menghasilkan konsep untuk menghubung- hubungkan data atau fakta
yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Penalaran dalam prosesnya ada 2
macam, yaitu berfikir secara Deduktif dan berfikir secara Induktif.
Berfikir Deduktif adalah metode
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan
yang khusus. Berfikir Induktif adalah
metode dalam berpikir dengan menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang
sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum.
B.
SARAN
Dianjurkan untuk mengetahui apa yang
dimaksud dengan penalaran, berfikir Induktif dan Dekduktif, Karena pengetahuan
atau pemahaman yang baik dan benar, akan mempengaruhi terhadap pola pikir yang
dapat kembangkan, kedalam suatu masalah atau untuk menyimpulkan suatu masalah. Dan
bagaimana cara mengimplemenatasikan kedalam kehidupan dan Maka proses penalaran
ini harus kita ketahui, bahkan pahami dengan sebenar-benarnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://andhitaririe.blogspot.com/2013/03/makalah-penalaran-deduktif.html
05/03/2015 14:00:03
http://idazahro.blogspot.com/2012/03/makalah-kelompok-penalaran-induktif-dan.html
05/03/2015 14:30:05
http://nooradhaherybenzz.blogspot.com/2012/10/makalah-kemantapan-teoripola-berpikir.html
05/03/2015 14:31:00
http://rudybyo.blogspot.com/2012/03/nama-kelompok-1-rudi-hartoyo-13209814-2.html
05/03/2015 14:31:56
http://www.perkuliahan.com/makalah-kalimat-deduktif-induktif-bahasa-indonesia
/05/03/2015 13:56:22
Langganan:
Postingan (Atom)