Jumat, 27 Maret 2015

Perangkat Jaringan Komputer

PERANGAKAT JARINGAN KOMPUTER






Disusun Oleh :

Nama : Muhayati
NPM : 18112110
Kelas : 3ka39



Fakultas Ilmu Teknologi dan Komputer
Jurusan Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2015

Rabu, 18 Maret 2015

Contoh Kasus Penalaran Berfikir Induktif



CONTOH KASUS PENALARAN BERFIKIR INDUKTIF


PENJELASAN MENGENAI PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam merumuskan kesimpulan.

BERFIKIR SECARA INDUKTIF

Berfikir induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan – pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan yang umum. Dengan kata lain kesimpulan, yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataaan (premis).
         Dalam proses penalaran terdapat berfikir secara induktif yang terbagai dalam beberapa jenis diantaranya :

A.    Generalisasi
Generalisasi dimana proses penalaran yang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data dapat disimpulkan, setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran.
Contoh Generalisasi
Pohon Jati berdaun hijau, berfotosintesis pada siang hari
Pohon Pisang berdaun hijau,berfotosintesis pada siang hari.
Jadi, semua pohon yang berdaun hijau dapat berfotosintesis pada siang hari,
Contoh Lain Generalisasi yaitu :
            Daerah terpencil di Indonesia tepatnya Nusa Tenggara Timur pada malam hari tidak dapat menggunakan lampu, alat tradisional yaitu obor dan minyak tanah di gunakan untuk penerangan saat malam hari. penggunaan listrik hanya bisa digunakan pada siang hari.Hal tersebut dibuktikan bahwa pengaliran alus listrik di Indonesia masih belum merata,



B.     Analogi
Analogi adalah membandingkan dua hal yang banyak persamaanya. Kesimpulan yang diambil dengan jalan analogi, yakni kesimpulan dari pendapat khusus dari beberapa pendapat khusus yang lain, dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan yang sebelumnya. Didasarkan atas persamaan suatu keadaan yang khusus lainnya karena pada dasarnya hanya membandingkan persamaan – persamaan dan kemudian dicari hubungannya.
Dapat dikatakan bahwa penalaran analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan fakta atau kesamaan data. Analogi juga dapat dikatakan sebagai proses membandingkana dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.

Contoh Analogi:
Kita banyak tertarik dengan planel mars, karena banyak persamaannya dengan bumi kita. Mars dan Bumi menjadi anggota tata surya yang sama. Mars mempunyai atsmosfir seperti bumi. Temperaturnya hampir sama dengan bumi. Unsur air dan oksigennya juga ada. Caranya mengelilingi matahari menyebabkan pula timbulanya musim seperti bumi. Jika bumi ada mahluk. Tidaklah mungkin ada mahluk hidup diplanet Mars.

C.    Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi.
Dapat pula di artikan sebagai suatu proses berfikir dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah menimbulkan akibat tadi.



Contoh Kausal atau Sebab – Akibat
            Indonesia merupakan salah satu Negara yang terdapat banyak sampah yang belum tertangani dengan baik, pengolahan sampah yang tidak baik, pendaur ulang sampah yang berjalan tidak efektif, pembuangan sampah yang sembarangan atau tidak pada tempatnya. Kesadaran masyarakat mengenai sampah masih sangat kurang, sampah sampah yang dibiarkan  akan merusak lingkungan seperti aliran sungai yang tertutup oleh sampah pembuangan mengakibatkan banjir, bau yang tidak sedap, pencemaran air dan merusak lingkungan hidup hewan yang hidup di air.    

Contoh lainnya Sebab - Akibat
Masalah pengangguran merupakan masalah serius yang harus diselesaikan pemerintah, seperti beberapa waktu lalu diberitakan dimedia cetak dan ibu kota, bagaimana ribuan pencari kerja hars berdesakan bahkankan pingsan untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut laporan media cetak hal ini terjadi karena dalam waktu dekat ini banyak perusahaan menufaktor yang akan tutup. Sehingga harus melakukan PHK. Selain itu minimnya kahlian atau rendahnya kualitas SDM menjadi faktor penyebab banyaknya pengangguran diibukota.


Makalah Penalaran, Berfikir Induktif dan Berfikir Deduktif


MAKALAH PENALARAN BERFIKIR INDUKTIF DAN BERFIKIR DEDUKTIF


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/19/Logo_Gunadarma.jpg


Disusun Oleh :

Nama : Muhayati
NPM : 18112110
Kelas : 3ka39


Fakultas Ilmu Teknologi dan Komputer
Jurusan Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2015


Kata Pengantar

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan bimbinganNya yang selalu menyertai dan di dalam memahami ilmu-ilmu yang saya pelajari dan aplikasikan di dalam kehidupan. Makalah ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia 2 Ibu Hasdiana. SIkom yang kami hormati.
Tugas ini adalah tugas softskill yang membahas mengenai “ Penalaran, Berfikir Deduktif dan Berfikir Induktf “. Sehingga di dalam tugas makalah ini membahas lebih detail apa saja yang bisa kita pelajari mengenai Penalaran itu sendiri. Tugas makalah ini kami tunjukan untuk saya sendiri sebagai pelajar yang belajar mamahami mengenai Penalaran. Semoga Tugas makalah ini dapat memberikan manfaat  yang berguna untuk pembaca.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.



Bekasi, 14 Maret 2015


Penulis                        







BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik sampai pada  suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dimana penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis. Pengetahuan ilmiah proses berpikir kedalam  aplikasi dari logika yang disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Penjelasan mengenai Penalaran ?
2.      Penjelasan mengenai Berfikir Induktif ?
3.      Penjelasan mengenai Berfikir Dektutif ?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui dan memahami definisi Penalaran, Berfikir  Deduktif dan Induktif.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN PENALARAN

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana didalam logika itu, menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis. Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut  konklusi. Berdasarkan jenisnya, proposisi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu proposisi empirik dan proposisi mutlak. Proposisi empirik adalah pernyataan yang dapat diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah proposisi yang jelas dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibuktikan secara empiris.

B.     BERFIKIR SECARA INDUKTIF

Berfikir induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan – pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan yang umum. Dengan kata lain kesimpulan, yang diperoleh tidak lebih khusus dari pada pernyataaan (premis).
         Dalam proses penalaran terdapat berfikir secara induktif yang terbagai dalam beberapa jenis diantaranya :





1)      Generalisasi
   Generalisasi dimana proses penalaran yang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data dapat disimpulkan, setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:
a)      Data itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang diperoleh.
b)      Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang benar.
c)      Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

2)      Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:Nina adalah lulusan akademi A.
 Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
 Ali adalah lulusan akademi A.
 Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
 Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut :
a)      Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
b)      Analogi dilakukan untuk menyingkap suatu kekeliruan.
c)      Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.




3)      Hubungan Kausal
   Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan kausalitas. Yaitu sebagai berikut:
a.       Sebab-Akibat
   Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu. Hubungan kausal diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran.
   Dalam kaitannya dengan
b.      Akibat-Sebab
         Dalam pola ini memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Kemudian  analisis untuk dicari penyebabnya.
c.      Sebab Akibat -1 Akibat -2
         Suatu penyebab dapat menyebabkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa akibat.

C.     BERFIKIR SECARA DEDUKTIF
    Berfikir secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Dimulai dari hal-hal umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.
     Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
                                                                                               


                                                                                               
1)      Menarik Kesimpulan secara Langsung
    Simpulan (konklusi) secara langsung atau entimen, adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1)        Semua S adalah P. (premis)
        Sebagian  P adalah S. (simpulan)
2)      Tidak satu pun S adalah P. (premis)
       Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
3)      Semua S adalah P. (premis)
       Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
4)      Tidak satu pun S adalah P. (premis)
       Semua S adalah tak-P. (simpulan)
5)       Semua S adalah P. (premis)
       Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
       Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)

2)      Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
   Penarikan kesimpulan secara tidak langsung atau silogisme, adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah kesimpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
   Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat khusus (PK).
Contoh sebagai berikut :
PU             : Setiap manusia akan mati
PK             : Pak ujang adalah manusia
K               : Pak ujang akan mati
 



 Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu silogisme adalah sebagai berikut:
a)      Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
b)      Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
c)      Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
d)     Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
e)      Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.
f)       Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
g)      Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan.
         Pola penarikan kesimpulan tidak langsung atau silogisme, dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis:
a.       Silogisme Kategorial
    Silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi (pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi dan  merupakan kesimpulan. Premis yang bersifat umum, disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
PU       : Semua manusia bijaksana.
PK       : Semua polisi adalah bijaksana.
K         : Jadi, semua polisi bijaksana.
        Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
PU       : Semua manusia tidak bijaksana.
PK       : Semua kera bukan manusia.
K         : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
       



 Aturan umum mengenai silogisme kategorial adalah sebsgai berikut:
a)      Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
b)      Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c)      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
d)      Bilah salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
e)      Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f)        Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
g)      Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
h)      Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
b.      Silogisme Hipotesis
   Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan umum, pernyataan khusus, dan kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai adanya penggunaan konjungsi jika dalam pernyataannya. Dengan demikian, pernyataan umumnya dibentuk oleh dua bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan bagian keduanya disebut konsekuensi. Sementara itu, pernyataan khususnya menyatakan kenyataan yang terjadi, yang kemungkinannya hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya itu.
Contoh PU            : jika saya lulus ujian, saya akan melanjutkan kuliah keperguruan tinggi.
                                            (anteseden)                (konsekuensi)
c.       Silogisme Alterntif
               Silogisme ini menggunakan pernyataan umum yang memiliki dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah.
      Contoh:
      Premis Mayor : Proposisi alternative (proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan)
      Premis Minor    : Kesimpulannya tergantung pada premis minor.
      PU ; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau sumbunya                                               pendek. 
      PK  ;   Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
      K    :   Lampu ini mati karena sumbunya pendek.



d.      Entimen
   Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K   : Jadi, Ali adalah orang cerdas.
         Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.        
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
         Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.














BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir dari pengamatan indera yang menghasilkan konsep untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu berfikir secara Deduktif dan berfikir secara Induktif.
         Berfikir Deduktif adalah metode menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya diambil kesimpulan yang khusus.  Berfikir Induktif adalah metode dalam berpikir dengan menarik suatu kesimpulan dari fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang sifatnya umum.

B.     SARAN
          Dianjurkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penalaran, berfikir Induktif dan Dekduktif, Karena pengetahuan atau pemahaman yang baik dan benar, akan mempengaruhi terhadap pola pikir yang dapat kembangkan, kedalam suatu masalah atau untuk menyimpulkan suatu masalah. Dan bagaimana cara mengimplemenatasikan kedalam kehidupan dan Maka proses penalaran ini harus kita ketahui, bahkan pahami dengan sebenar-benarnya.



DAFTAR PUSTAKA